P2MIProjo.coom – Sebanyak 45 Pekerja Migran Indonesia (PMI) terkatung-katung nasibnya di Doha, Qatar. Ini akibat mereka termakan bujuk rayu calo yang menjanjikan segala hal yang muluk tentang bekerja di Timur Tengah.
Dubes RI untuk negara Qatar, Ridwan Hassan menegaskan bahwa perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) tetap menjadi prioritasnya. “Jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ditampung di shelter terus menunjukan trend peningkatan. Penyelesaian terhadapnya harus menjadi tanggung jawab bersama” kata Dubes Hassan dalam keterangan tertulis KBRI Doha, Sabtu (17/9/2022).
Selain terus berupaya menyelesaikan berbagai kasus Pekerja Migran Indonesia (PMI), Ridwan menambahkan, KBRI Doha, juga gencar melakukan edukasi dan pemberian latihan keterampilan kepada para pahlawan devisa tersebut.
“Harapannya tentu sepulang dari Qatar mereka dapat lebih mandiri dan dapat membuka peluang kerja kepada masyarakat di sekitarnya,” tukas Ridwan.
Sementara aktivis Migrant Care, Anis Hidayah, dalam kunjungannya ke KBRI Doha, Qatar, sempat berdialog dengan PMI yang selama ini tinggal di rumah singgah sementara (shelter) KBRI Doha.
Beberapa PMI ini juga bercerita langsung tentang bagaimana mereka sampai terjebak bekerja di Qatar dan mengalami berbagai masalah mulai gaji yang tidak dibayar, bekerja tidak sesuai kontrak hingga mengalami kekerasan fisik.
“Upaya mengatasi calo ini harus menjadi tugas semua pihak. Mulai dari aparat penegak hukum sampai komponen masyarakat itu sendiri” ujar Anis Hidayah, dalam kunjungannya ke KBRI Doha, Qatar, di sela-sela mengikuti sebuah konferensi buruh migran.
Anis menegaskan, masalah pembenahan tata kelola pengiriman dan perlindungan PMI ini terlalu besar untuk diselesaikan oleh satu instansi saja. Menurut Anies, pembenahannya harus dilakukan dari hulu ke hilir dengan melibatkan berbagai aktor di seluruh sektor.